Artikel
Malausma Desa Seribu Santri
Desa Seribu Santri adalah sebutan untuk beberapa desa di Indonesia yang memiliki banyak pesantren dan santri dalam lingkup desa. Salah satu contohnya adalah Desa Malausma di Majalengka, Jawa Barat, yang dikenal sebagai Desa Seribu Santri karena memiliki lingkungan pendidikan berbasis pesantren.
Kehidupan santri di Desa Malausma sangat unik dan penuh disiplin. Di Pondok Pondok Pesantren, santri menjalani rutinitas yang ketat, mulai dari bangun pagi hingga tidur malam.
Selain itu, santri tidak diperbolehkan membawa telepon genggam, sehingga komunikasi dengan keluarga dilakukan melalui warung telepon/atau memakai telepon pengurus.
Di Desa Malausma, kehidupan santri juga berpusat pada pendidikan agama dan kedisiplinan. Mereka belajar kitab kuning, menghafal Al-Qur'an, serta mengikuti berbagai kegiatan keagamaan yang membentuk karakter mereka sebagai calon ulama dan pemimpin masyarakat.
Rutinitas santri di desa Malausma ini sangat padat dan terstruktur, mengajarkan mereka tentang kemandirian, disiplin, dan tanggung jawab.
Rutinitas santri di Pondok Pesantren sangat terstruktur dan disiplin. Hari mereka dimulai sejak 03.30 pagi, saat mereka bangun dan membaca Al-Qur'an sebelum melaksanakan shalat Subuh. Setelah itu, mereka mengikuti Sorogan dan bandongan.
Santri kemudian masuk kelas dari 07.30 hingga 11.45, dengan istirahat singkat di tengahnya. Setelah shalat Dzuhur, mereka makan siang dan melanjutkan pelajaran sore hingga 14.45. Sore hari diisi dengan shalat Ashar, pembacaan Al-Qur'an, serta kegiatan kebersihan sebelum mereka bersiap untuk shalat Maghrib dan makan malam.
Malam hari digunakan untuk belajar mandiri, membaca doa bersama, dan shalat Isya', sebelum akhirnya mereka beristirahat sekitar 22.00. Semua kegiatan ini bertujuan membentuk karakter santri yang disiplin, mandiri, dan bertanggung jawab.
Di Malausma, santri juga diberi tanggung jawab dalam berbagai aspek kehidupan pesantren, seperti mengelola dapur, menjaga keamanan, hingga mengurus kelistrikan. Ini mengajarkan mereka keterampilan praktis yang berguna di masyarakat.
Rutinitas ini mencerminkan filosofi: "Pondok tidak pernah tertidur", yang berarti kehidupan santri selalu aktif dan penuh pembelajaran.
Santri tidak hanya menjalani rutinitas harian yang ketat, tetapi juga mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan mengembangkan keterampilan dan karakter mereka.
Di Malausma, para santri diwajibkan mengikuti beberapa kegiatan tambahan seperti:
-
Latihan Bahasa: Santri berlatih berbicara dalam bahasa Arab dan Inggris untuk meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.
-
Kepramukaan: Kegiatan ini bertujuan membentuk jiwa kepemimpinan dan kemandirian santri melalui berbagai latihan fisik dan mental.
-
Latihan Pidato: Santri dilatih berbicara di depan umum untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan retorika mereka.
Selain itu, santri juga terlibat dalam kegiatan sosial dan keagamaan, seperti:
-
Pengajian Ahad Pagi: Ceramah keagamaan yang diikuti oleh seluruh santri dan masyarakat sekitar.
-
Muhadharah: Latihan pidato mingguan yang membantu santri mengasah keterampilan berbicara di depan umum.
-
Piket Kebersihan: Santri bertanggung jawab menjaga kebersihan lingkungan pesantren sebagai bagian dari pendidikan karakter.
Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya memperkaya pengalaman santri, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang disiplin, mandiri, dan siap berkontribusi di masyarakat.
Kegiatan santri di pesantren berkontribusi besar dalam membentuk karakter dan keterampilan mereka. Berikut beberapa aspek utama perkembangan santri:
-
Pendidikan dan Keilmuan: Rutinitas belajar yang disiplin membantu santri menguasai ilmu agama dan umum, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
-
Kemandirian dan Kepemimpinan: Kegiatan seperti piket kebersihan, pengelolaan dapur, dan keamanan pesantren mengajarkan santri untuk bertanggung jawab dan mandiri.
-
Pengembangan Sosial: Santri sering terlibat dalam pengajian, muhadarah (latihan pidato), dan kegiatan sosial, yang memperkuat keterampilan komunikasi dan interaksi mereka dengan masyarakat.
-
Pemberdayaan Ekonomi: Beberapa pesantren mengajarkan keterampilan kewirausahaan, seperti pertanian, perdagangan, dan industri kreatif, yang membantu santri berkontribusi pada ekonomi lokal.
Semua aspek ini menjadikan santri sebagai individu yang tidak hanya memiliki pemahaman agama yang kuat, tetapi juga siap berperan dalam pembangunan sosial dan ekonomi.
Kajian kitab kuning dilakukan melalui Majelis Taklim, yang bertujuan meningkatkan pemahaman keagamaan masyarakat. Kajian ini membantu jamaah memahami aspek akidah, norma syariah, dan akhlak, serta menangkal pemahaman yang keliru terkait ajaran Islam.
Kegiatan kitab kuning ini berperan penting dalam membentuk pemahaman keagamaan yang mendalam, serta membekali santri dan masyarakat dengan ilmu yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pesantren Salafiyah, metode pembelajaran kitab kuning biasanya menggunakan pendekatan bandongan, sorogan, wetonan, dan musyawarah. Metode bandongan adalah ketika guru membaca dan menjelaskan kitab, sementara santri mendengarkan dan mencatat. Sedangkan metode sorogan lebih individual, di mana santri membaca kitab di hadapan guru dan mendapatkan koreksi langsung.
Metode pembelajaran kitab kuning di pesantren memiliki pendekatan yang khas dan beragam. Beberapa metode utama yang digunakan meliputi:
-
Metode Bandongan – Guru membaca dan menjelaskan kitab kuning, sementara santri mendengarkan dan mencatat. Metode ini sering digunakan untuk kitab-kitab besar seperti Fathul Mu’in dan Tafsir Jalalain.
-
Metode Sorogan – Santri membaca kitab secara individu di hadapan guru, lalu guru mengoreksi dan menjelaskan makna serta konteksnya. Metode ini membantu santri memahami kitab secara lebih mendalam.
-
Metode Wetonan – Pembelajaran dilakukan dalam kelompok besar, biasanya setelah shalat berjamaah. Santri mendengarkan penjelasan guru tanpa harus membaca kitab secara langsung.
-
Metode Musyawarah – Santri berdiskusi dan menganalisis isi kitab kuning bersama, mencari pemahaman yang lebih luas tentang hukum Islam dan tafsir.
Metode-metode ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman santri terhadap bahasa Arab klasik, serta membentuk pola pikir yang kritis dalam memahami ajaran Islam.
Di Desa Malausmai, terdapat berbagai sekolah yang mendukung pendidikan formal dan agama dari berbagai jenjang, termasuk TK/RA,SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA, SMK, baik negeri maupun swasta serta PKBM.
Di Desa Malausma, beberapa ponpes menawarkan sistem pendidikan berbasis pesantren dengan kurikulum yang mencakup ilmu agama dan umum. Santri di malausma belajar dalam lingkungan yang disiplin, dengan fokus pada bahasa Arab dan Inggris, serta pengembangan karakter melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler.
Jadi, meskipun pesantren menjadi pusat pendidikan di desa-desa ini, anak-anak tetap memiliki pilihan untuk bersekolah di lembaga pendidikan formal.
Hingga Saat ini sudah terdapat 10 Pondok Pesantren yang sudah terdata dimana rata rata santri pendatang yang Mukim disetiap pesantren berjumlah 200 orang, ditambah santri lokal yang tidak mukim atau sering disebut Santri Kalong.
Berikut nama dan alamat pesantren yang ada di Desa Malausma:
- Pondok Pesantren ..................................................., Dusun Malausma Kidul
- Pondok Pesantren .................................................. , Dusun Malausma Kidul
- Pondok Pesantren .................................................. , Dusun Bungursari
- Pondok Pesantren .................................................. , Dusun Sindanglama
- Pondok Pesantren .................................................. , Dusun Mekarsari Blok Cibodas
- Pondok Pesantren .................................................. , Dusun Walahir
- Pondok Pesantren .................................................. , Dusun Walahir
- Pondok Pesantren .................................................. , Dusun Sindanglama
- Pondok Pesantren .................................................. , Dusun Sindanglama
- Pondok Pesantren .................................................. , Dusun Mekarsari Blok Ciakar